365 YANG LALU
Ditengah keramaian kota, sempat terbesit dikepala bayangan-bayangan tentang memoriku beberapa saat lalu. Tak terbantah dulu memang aku mudah sekali tersenyum, tertawa, menangis bahkan suasana hati ini sangat mudah terombang-ambing. Membayangkannya saja terasa indah hingga membuatku tertawa. Lantas, apa yang sudah terjadi pada diriku sekarang? Dimana ‘dia?’ kemana perginya. Bertanya-tanya setiap saat, menghabiskan waktuku. Sampai pada suatu malam aku termenung diatas kursi kereta api sambil berkaca disisi sebelah ujung kananku. Apa yang sudah terjadi? Mata sudah berkaca-kaca, hingga pada akhirnya bayangan diriku tersenyum lebar. Dia berkata; Allah sudah mengabulkannya satu-persatu, sekarang tersenyumlah. Sekilas saja lihat kebelakangmu, sedalam apa lubang yang membuatmu jatuh(?) kamu tetap bisa melaluinya. Aku melihatnya tepat 365 hari yang lalu, seberapa berat perjuangan gadis berusia tujuh belas tahun yang menata jalan hidupnya. Meski berkali-kali realita hidup mempermainkannya.